Selasa, 15 Desember 2015

PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK USIA DINI




PERAN ORANG TUA DAN GURU  DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK USIA DINI
      A.    Pengertian kecerdasan logika
Prasetyo dan Andriyani (2009) mengemukakan bahwa kecerdasan logika-matematika diartikan sebagai kapasitas untuk menggunakan angka, berpikir logis untuk menganalisa kasus atau permasalahan dan melakukan perhitungan sistematis.
Sementara dalam bukunya Yus (2011: 71), kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat dan pengaruh.
Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan kecerdasan logika matematika adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional, berpikir logis untuk menganalisa kasus atau permasalahan dan melakukan perhitungan sistematis.

      B.    Peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika
Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam memperoleh pendidikan. Dimana dalam lingkungan keluarga anak diajarkan semuanya , termasuk peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Sebagai orang tua harus memperhatikan berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh anak, terutama kecerdasan logika matematika . Dalam kehidupan sehari-hari orang tua dapat mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan yang sederhana, misalnya memasak, belanja ke pasar, dsb.
Selama anak pada usia prasekolah, orang tua dapat berperan memberi bantuan kepada anak untuk siap belajar matematika, memberikan langkah awal yang terbaik kepada anak dalam belajar matematika yaitu dengan membangun kemampuan mereka melalui konsep informal matematika dan juga beberapa keterampilan yang mendukung.

Beberapa peran orang tua berupa aktivitas konkret yang dapat diterapkan dalam menumbuh kembangkan kemampuan matematika anak usia prasekolah antara lain:
1.      Bermain bersama anak. Sesibuk apapun aktivitas atau tugas orang tua dalam menempuh karir, sebagai orang tua yang bijak  harus dapat mengalokasikan waktu khusus untuk bermain dengan anak dan memposisikan diri seperti teman bermain mereka. Contoh permainan yang dapat membantu anak dalam belajar matematika adalah permainan kartu dan permainan menggunakan papan; Menemukan kesempatan alamiah untuk menghitung, mengurutkan objek, mencocokkan kumpulan objek, mengidentifikasi bentuk-bentuk bangun (sambil membacakan cerita sebelum tidur, menaiki tangga, menata meja, dan bentuk permainan lain yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar);
2.      Menghitung sekumpulan objek dan menggunakan angka dan kata untuk mengidentifikasi kumpulan benda-benda yang sedikit jumlahnya;
3.      Membangun komunikasi dengan anak tentang masalah sederhana dalam matematika dan mencoba untuk merangsang anak mengeluarkan pendapatnya. Contoh: memberi pertanyaan tentang banyaknya sendok yang diperlukan untuk menata meja saat hendak makan; meminta mengambilkan vas bunga beserta dua bunga di dalamnya;
4.      Mengajak menemukan bentuk lingkaran pada suatu halaman buku yang sedang dibaca, meminta mengurutkan balok-balok dari ukuran yang paling besar hingga paling kecil.
Untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana, seperti misalnya : menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat anak sendiri. Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, kepada anak bisa diajak untuk menjelajahi dunianya dengan cara melakukan berbagai eksperimen seperti : mengamati tumbuhnya kecambah, mengamati proses telur yang sedang menetas, memperhatikan saat pesawat udara tinggal landas atau mendarat dan sebagainya. Semua kegiatan mengembangkan kecerdasan logika metematika sabagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Maka dengan demikian anak akan tumbuh dengan hasrat ingin tahu yang besar, kemampuan logika yang baik.

      C.    Peranan guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika
Melatih kecerdasan logika matematika pada anak usia dini pada dasarnya adalah bagaimana cara guru mengenalkan konsep angka, konsep pola dan hubungan, konsep hubungan geometri dan ruang, konsep pengukuran,sertakonsep pengumpulan dan pengaturan. Tentunya  dalam melatih kecerdasan logika matematika ini guru harus tetap memperhatikan prinsip pembelajaran pada usia dini yaitu melalui teknik pengulangan dan berkesinambungan .
Adapun cara yang dilakukan guru untuk melatih kecerdasan logika matematika anak yaitu
1    )      Melatih Mengembangkan Konsep Angka
Pengembangan konsep angka dapat dilakukan melalui 3 tahap:
  1. Menghitung.
Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Orangtua dapat mengembangkan kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, atau permainan yang menggunakan angka.
  1. Hubungan satu-satu.
Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya satu angka dengan benda yang berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.


  1. Menjumlah, membandingkan dan simbol angka.
Ketika guru meminta anak mengambilkan 3 buah bola, dan anak membawa 3 buah bola, maka  anak tersebut mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu bahwa kalau menghitung 3 bola dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka jumlahnya akan sama. Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
2     )      Melatih Mengembangkan Konsep Pola dan Hubungan
Tujuan mengenalkan pola dan hubungan adalah mengenalkan dan menganalisa pola-pola sederhana, menjiplak, membuat, dan membuat perkiraan ten­tang kemungkinan dari kelanjutan pola.
3     )      Melatih Mengembangkan Konsep Hubungan Geometri dan Ruang
Anak belajar mengenal bentuk-bentuk dan penataan di lingkungan sekitar. Saat anak bermain dengan balok, cat lukis, menggambar, menggunting bentuk-bentuk geometri, mengembalikan balok ke rak, sebenarnya anak sedang bela­jar tentang bangun datar dan bangun ruang serta kegunaan­nya. Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk seder­hana (segitiga, lingkaran, segi empat). Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri. Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi mem­bangun dengan bentuk-bentuk geometri.
4    )      Melatih Mengembangkan Konsep Pengukuran
Anak belajar pengukuran dari berbagai kesempatan mela­lui kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dan lain sebagainya. Pada tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, ter­mometer.
5    )      Melatih Mengembangkan Konsep Pengumpulan dan Pengaturan
Pada awalnya anak mulai memilih benda tanpa tujuan. Se­lanjutnya anak memilih mainan dengan tujuan, misalnya ber­dasarkan warna, ukuran , atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.
Contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan konsep pengumpulan dan pengaturan adalah sebagai berikut :
·         Mengajak anak jalan-jalan ke kebun, suruh anak mengumpulkan bermacam-macam daunan-daunan. Kemudian ajak anak mengelompokan bentuk daun-daunan tersebut  berdasarkan jenisnya. Setelah itu, buatlah daftar tentang jumlah daun untuk setiap bentuknya dengan cara menyusun daun-daun yang sama

Cara guru dalam mengembangkan pembelajaran berbasis kecerdasan logika matematika pada anak usia dini melalui permainan, diantaranya:

a.       Menyelesaikan puzzle, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga dan domino. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah menggunakan logika.
b.      Mengenal bentuk geometri dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk geometri sebagai warna.
c.       Eksplorasi pikiran, melalui diskusi dan olah pikir ringan, dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat perbandingan atau pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain tebak-tebakan, bisa berupa teka-teki atau tebak-tebakan.
d.      Pengenalan pola. Permainan menyusun pola tertentu dengan menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari, sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya sebagai hubungan sebab akibat
e.       Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja membantu mengecek barang yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur maupun buah yang akan dimasak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar