A.
TEORI
PIAGET MENGENAI PERKEMBANGAN BAYI
1.
PROSES-PROSES
KOGNITIF
Piaget mengemukakan beberapa proses yang dilalui anak
ketika mereka membangun pengetahuannya mengenai dunia, yaitu :
1.
Skema
Bahwa pada saat bayi membangun pemahamannya mengenai
dunia, bayi itu membangun sebuah skema, yaitu berbagai tindakan baik fisik
ataupun mental untuk mengorganisasikan pengetahuannya. Piaget membagi skema
menjadi dua yaitu: skema perilaku (aktivitas fisik) yang berkembang pada masa
bayi, sedangkan skema mental (aktivitas kognitif) yang berkembang di masa
kanak-kanak. Skema yang dibangun anak-anak dapat berupa tindakan yang
ditampilkan terhadap objek-objek, seperti : mengisap, melihat, dan menggenggam.
2.
Asimilasi
dan akomodasi
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang
baru sama sekali.
3.
Organisasi
Organisasi
adalah pengelompokkan perilaku-perilaku dan pemikiran yang terpisah satu sama
lain ke dalam suatu sistem yang tingkatannya lebih tinggi. Contoh: seorang bayi
yang hanya memiliki sebuah gagasan yang samar-samar mengenai cara menggunakan
palu, mungkin juga memiliki gagasan yang samar-samar dalam menggunakan perkakas
lainnya. Setelah belajar mengenal cara menggunakan perkakas itu satu persatu,
ia akan mengaitkan berbagai cara penggunaan itu dan mengorganisasikan
pengetahuanya.
4.
Ekuilibrasi dan tahap-tahap
perkembangan
Anak-anak
terus –menerus melakukan asimilasi dan akomodasi dalam usaha mencapai
keseimbangan. Dalam diri anak terus terjadi peralihan antara kondisi kognitif
yang seimbang dengan kondisi kognitif yang tidak seimbang. Peralihan yang
dialami anak inilah yang disebut dengan ekuilibrasi. Kesimpulannya ekuilibrasi
adalah bagaimana anak-anak beralih dari satu tahap berfikir kepada tahap
berfikir berikutnya.
Proses-proses
ini mengakibatkan individu berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu. Kognisi
yang terdapat dalam suatu tahap secara kualitatif berbeda dengan tahap lainnya.
2. TAHAP PERKEMBANGAN SENSORIMOTOR
Subtahap
|
usia
|
deskripsi
|
Contoh
|
Refleks
sederhana
|
Lahir-1
bulan
|
Koordinasi
sensai dan tindakan melalui perilaku
|
Refleks
mencari, mengisap, dan meggenggam, secara refleks bayi yang baru lahir akan
mengisap jika bibirnya disentuh
|
Kebiasaan
awal dan reaksi sirkuler
|
1
bulan-4 bulan
|
Koordinasi
sensasi dan dua jenis skema:kebiasaan (refleks) dan reaksi sirkuler primer
(usaha memproduksi suatu peristiwa yang mulanya terjadi secara kebetulan).
Fokus utamanya masih di sekitar tubuh bayi
|
Mengulang
sensasi tubuh yang awalnya dialami secara kebetulan (contohnya: mengisap
jempol, kemudian bayi mungkin melakukan akomodasi tindakannya dengan mengisap
jempol mereka dengan cara yang berbeda dari mengisap puting susu.
|
Reaksi
sirkuler sekunder
|
4
bulan-8 bulan
|
Bayi
lebih berorientasi pada objek, melampaui terhadap dirinya sendiri,
tindakannya diulang-ulang karena takjub atau menyenangkan.
|
Bayi
mendekut orang agar tetap berada di dekatnya, ketika orang itu menjauh, bayi
itu akan mendekut lagi.
|
Koordinasi
reaksi sirkuler sekunder
|
8
bulan-12 bulan
|
Koordinasi
penglihatan dan sentuhan- tangan dan mata; koordinasi skema dan kesengajaan.
|
Bayi
memanipulasi sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang menarik.
|
Reaksi
sirkuler tersier, kesenangan terhadap hal baru, dan keingintahuan
|
12
bulan- 18 bulan
|
Minat
bayi semakin tergugah terhadap berbagai karakteristik objek ataupun segala
yang dapat mereka lakukan terhadap objek itu, mereka bereksperimen dengan
perilaku baru.
|
Sebuah
kotak mungkin dijatuhkan, diputar, ditabrakkan ke benda lain, dan
digelindingkan.
|
Internalisasi
skema
|
18
bulan-24 bulan
|
Bayi
mengembangkan kemampuan menggunakan simbol-simbol primitif dan membentuk
representasi mental yang menetap
|
Bayi
yang belum pernah menunjukkan temper tantrum sebelum melihat kawannya
menunjukkan perilaku ini; bayi menyimpan memori mengenai suatu peristiwa,
kemudian menampilkan perilaku itu dihari berikutnya.
|
Pada akhir dari periode sensorimotor, bayi sudah dapat
memahami objek sebagai bagian yang terpisah dari dirinya dan bersifat permanen.
Ketetapan objek merupakan pemahaman bahwa objek-objek masih tetap ada meskipun
tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Ketetapan objek pada bayi dapat
dilihat dengan mengamati reaksi bayi ketika objek yang menarik perhatiannya
menghilang dari pengkihatannya, apabila bayi itu mencari-cari objek tersebut,
berarti bayi itu yakin bahwa eksistensi objek itu tetap.
3. EVALUASI
TERHADAP TAHAP SENDORIMOTOR PIAGET
1.
Kesalahan
A bukan B
Salah satu ciri terpenting dari kemajuan yang terjadi
ketika bayi memasuki subtahap 4 yaitu koordinasi
reaksi sirkuler sekunder, adalah kecendrungan bayi untuk mencari sebuah
objek yang tersembunyi di lokasi yang sudah dikenalnya alih-alih ke lokasi
baru. Apabila sebuah mainan disembunyikan dua kali, awalnya di lokasi A
kemudian dipindahkan ke lokasi B, bayi-bayi yang berusia 8 bulan- 12 bulan pada
awalnya akan mencarinya pertama ke lokasi A. Namun ketika mainan itu
disembunyikan ke lokasi B, mereka melakukan kesalahan dengan terus mencarinya
ke lokasi A. Menurut penelitian hal ini disebabkan karena kegagalan mengingat
pada bayi tersebut.
2.
Perkembangan
persepsi dan harapan
Eleanor Gibson (2001) dan Elizabeth Spelke (1991;Spelke
&Kinzler, 2009) menyatakan bahwa kemampuan persepsi bayi berkembang pesat
di usia yang sangat dini. Contoh: kemampuan mengkoordinasikan penglihatan dan
pendengaran yang terjadi pada usia 3,5 bulan. Marshall Haith dan rekan-rekannya
(Canfield & Haith, 1991; Haith, Hazen, &Goodman, 1988) menyajikan
gambar-gambar ke hadapan bayi secara teratur ( misalnya kiri, kanan, kiri,
kanan) atau rangkaian yang tidak teratur ( misalnya kanan, kanan, kiri, kanan).
Apabila rangkaiannya teratur, bayi berusia 3 bulan mulai mengantisipasi posisi dari
gambar selanjutnya, melihat ke posisi kemunculan yang diharapkan.
Elizabeth Spelke (1991, 2000; Spelke & Hespons, 2001)
mengatakan bahwa sejak usia 4 bulan, meskipun bayi belum mampu berbicara
mengenai, memanipulasi, atau bahkan mengamati dengan resolusi yang permanen.
Meskipun demikian, bayi berusia 4 bulan itu mengarapkan bahwa objek-objek
bersifat substansial ( objek-objek
lain tidak dapat menembusnya) dan permanen
( objek tetap ada meskipun tersembunyi dari pandangan mereka ).
Di usia 6 bulan hingga 8 bulan, bayi telah mempersepsikan
gravitasi dan tumpuan, yakni, objek yang diletakkan melampaui tepi meja
seharusnya akan jatuh, roda gila akan menggeliding lebih jauh di lereng yang
panjang dibandingkan di lereng yang pendek, dan pegangan cangkir tidak akan
tiba-tiba copot dari cangkirnya ( Slater, Field, & Hernandez-Rief, 2007).
3.
Isu
bawaan-pengasuhan
Elizabeth Spelke ( Spelke, 2000;2003; Spelke &
Kinzer, 2007, 2009) Spelke menggunakan pendekatan pengetahuan inti yang
menyatakan bahwa bayi lahir dengan sistem pengatahuan bawaan yang
spesifik-domain, yaitu berupa ruang, logika, angka, permanensi objek, dan
bahasa. Objek-objek pengetahuan telah tersedia sejak awal untuk memungkinkan
bayi membentuk logika mengenai dunia. Topik-topik bawaan dari pengetahuan akan
membentuk fondasi untuk perkembangan fungsi dan pembelajaran kognitif yang
lebih matang.
B.
BELAJAR,
MENGINGAT, DAN KONSEPTUALISASI
1. PENGKONDISIAN
Pengkondisian Operant Skinner bahwa konsekuensi terhadap
suatu perilaku akan menghasilkan perubahan probabilitas kemunculan perilaku
tersebut. Contoh : apabila suatu perilaku bayi diikuti oleh stimulus yang
menyenangkan maka perilaku tersebut akan
cendrung diulang, seperti bayi akan mengisap dot lebih cepat apabila perilaku
mengisap tersebut diikuti tayangan visual, musik, atau suara manusia,
2. ATENSI
Atensi adalah usaha memfokuskan sumber-sumber daya mental
terhadap informasi tertentu. Pada usia 4 bulan, bayi-bayi sudah dapat
memperhatikan sebuah objek secara lebih selektif. Sangat mungkin bahwa lobus pariatel
menjadi aktif ketika bayi mengorientasikan atensinya, meskipun belum ada riset
yang mendokumentasikannya.
3. MEMORI
Memori adalah aktivitas mempertahankan informasi selama
berjalannya waktu. Atensi berperan penting terhadap memori, yaitu bagian dari proses
econding, yaitu proses masuknya
informasi ke dalam memori. Rovee-Collier (2008) mengatakan bahwa bayi berusia
antara 2 hingga 6 bulan sudah dapat mengingat sejumlah pengalaman sampai
mencapai usia 1,5 hingga 2 tahun. Namun Jean Mandler (2004) mengatakan bahwa
bayi hanya memperlihatkan memori implisit,
yaitu : ingatan yang tidak disadari, memori mengenai keterampilan dan prosedur
rutin yang ditampilkan secara otomatis, sedangkan memori eksplisit adalah memori yang disadari, mengenai fakta-fakta
dan pengalaman-pengalaman.
Sejak usia 6 bulan hingga 12 bulan, proses pematangan
hipokampus dan konteks serebral yang mengelilinginya, khususnya lobus frontal,
memungkinkan adanya memori eksplisit. Memori ini terus berkembang hingga tahun
kedua, seiring semaki matangnya struktur otak dan meningkatnya
koneksi-koneksinya.
4. MENIRU
(Meltzoff & Williamson, 2008) bahwa kemampuan meniru
memiliki dasar biologis, karena bayi dapat menirukan ekpresi beberapa hari
pertama setelah kelahiran. Kemampuan merespon tidak secara langsung berupa
sebuah sistem yang utuh, namun bayi secara berangsur-angsur memperlihatkan
suatu respon peniruan yang semakin utuh berkaitan dengan ekspresi wajah orang
dewasa, misalnya menjlurkan lidah atau membuka mulut lebar-lebar.
5. PEMBENTUKAN
KONSEP DAN KATEGORISASI
Kategori adalah pengelompokkan objek, peristiwa, dan
karakteristik berdasarkan sifat umum. Sedangkan konsep adalah gagasan mengenai
hal-hal yang disajikan oleh kategori. (Mandler, 2004;Quinn & kawan-kawan,
2010) mengatakan bahwa bayi berusia 3 bulan pun mampu mengelompokkan objek yang
tampilannya mirip.
Jean Mandler 92004, 2008) berargumentasi bahwa
kategorisasi dini paling baik adalah ketegorisasi
konseptual , yaitu ketegorisasi berdasarkan pada kemiripan sifat perseptual
dari objeknya, seperti ukuran, warna, bentuk, dan gerakan-gerakan, dan juga
jumlah kaki binatang.
SUMBER :
Suryana, Dadan. 2013.
Pendidikan anak usia dini (teori dan praktik pembelajaran).Padang:UNP Press