Selasa, 15 Desember 2015

TEORI PIAGET MENGENAI PERKEMBANGAN BAYI



       A.    TEORI PIAGET MENGENAI PERKEMBANGAN BAYI
1.      PROSES-PROSES KOGNITIF
            Piaget mengemukakan beberapa proses yang dilalui anak ketika mereka membangun pengetahuannya mengenai dunia, yaitu :
1.      Skema
            Bahwa pada saat bayi membangun pemahamannya mengenai dunia, bayi itu membangun sebuah skema, yaitu berbagai tindakan baik fisik ataupun mental untuk mengorganisasikan pengetahuannya. Piaget membagi skema menjadi dua yaitu: skema perilaku (aktivitas fisik) yang berkembang pada masa bayi, sedangkan skema mental (aktivitas kognitif) yang berkembang di masa kanak-kanak. Skema yang dibangun anak-anak dapat berupa tindakan yang ditampilkan terhadap objek-objek, seperti : mengisap, melihat, dan menggenggam.
2.      Asimilasi dan akomodasi
            Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya
            Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
3.      Organisasi
            Organisasi adalah pengelompokkan perilaku-perilaku dan pemikiran yang terpisah satu sama lain ke dalam suatu sistem yang tingkatannya lebih tinggi. Contoh: seorang bayi yang hanya memiliki sebuah gagasan yang samar-samar mengenai cara menggunakan palu, mungkin juga memiliki gagasan yang samar-samar dalam menggunakan perkakas lainnya. Setelah belajar mengenal cara menggunakan perkakas itu satu persatu, ia akan mengaitkan berbagai cara penggunaan itu dan mengorganisasikan pengetahuanya.
4.      Ekuilibrasi dan tahap-tahap perkembangan
            Anak-anak terus –menerus melakukan asimilasi dan akomodasi dalam usaha mencapai keseimbangan. Dalam diri anak terus terjadi peralihan antara kondisi kognitif yang seimbang dengan kondisi kognitif yang tidak seimbang. Peralihan yang dialami anak inilah yang disebut dengan ekuilibrasi. Kesimpulannya ekuilibrasi adalah bagaimana anak-anak beralih dari satu tahap berfikir kepada tahap berfikir berikutnya.
            Proses-proses ini mengakibatkan individu berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu. Kognisi yang terdapat dalam suatu tahap secara kualitatif berbeda dengan tahap lainnya.

2.      TAHAP PERKEMBANGAN SENSORIMOTOR
Subtahap
usia
deskripsi
Contoh
Refleks sederhana
Lahir-1 bulan
Koordinasi sensai dan tindakan melalui perilaku
Refleks mencari, mengisap, dan meggenggam, secara refleks bayi yang baru lahir akan mengisap jika bibirnya disentuh
Kebiasaan awal dan reaksi sirkuler
1 bulan-4 bulan
Koordinasi sensasi dan dua jenis skema:kebiasaan (refleks) dan reaksi sirkuler primer (usaha memproduksi suatu peristiwa yang mulanya terjadi secara kebetulan). Fokus utamanya masih di sekitar tubuh bayi
Mengulang sensasi tubuh yang awalnya dialami secara kebetulan (contohnya: mengisap jempol, kemudian bayi mungkin melakukan akomodasi tindakannya dengan mengisap jempol mereka dengan cara yang berbeda dari mengisap puting susu.
Reaksi sirkuler sekunder
4 bulan-8 bulan
Bayi lebih berorientasi pada objek, melampaui terhadap dirinya sendiri, tindakannya diulang-ulang karena takjub atau menyenangkan.
Bayi mendekut orang agar tetap berada di dekatnya, ketika orang itu menjauh, bayi itu akan mendekut lagi.
Koordinasi reaksi sirkuler sekunder
8 bulan-12 bulan
Koordinasi penglihatan dan sentuhan- tangan dan mata; koordinasi skema dan kesengajaan.
Bayi memanipulasi sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang menarik.
Reaksi sirkuler tersier, kesenangan terhadap hal baru, dan keingintahuan
12 bulan- 18 bulan
Minat bayi semakin tergugah terhadap berbagai karakteristik objek ataupun segala yang dapat mereka lakukan terhadap objek itu, mereka bereksperimen dengan perilaku baru.
Sebuah kotak mungkin dijatuhkan, diputar, ditabrakkan ke benda lain, dan digelindingkan.
Internalisasi skema
18 bulan-24 bulan
Bayi mengembangkan kemampuan menggunakan simbol-simbol primitif dan membentuk representasi mental yang menetap
Bayi yang belum pernah menunjukkan temper tantrum sebelum melihat kawannya menunjukkan perilaku ini; bayi menyimpan memori mengenai suatu peristiwa, kemudian menampilkan perilaku itu dihari berikutnya.


            Pada akhir dari periode sensorimotor, bayi sudah dapat memahami objek sebagai bagian yang terpisah dari dirinya dan bersifat permanen. Ketetapan objek merupakan pemahaman bahwa objek-objek masih tetap ada meskipun tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Ketetapan objek pada bayi dapat dilihat dengan mengamati reaksi bayi ketika objek yang menarik perhatiannya menghilang dari pengkihatannya, apabila bayi itu mencari-cari objek tersebut, berarti bayi itu yakin bahwa eksistensi objek itu tetap.
3.      EVALUASI TERHADAP TAHAP SENDORIMOTOR PIAGET
      1.      Kesalahan A bukan B
            Salah satu ciri terpenting dari kemajuan yang terjadi ketika bayi memasuki subtahap 4 yaitu koordinasi reaksi sirkuler sekunder, adalah kecendrungan bayi untuk mencari sebuah objek yang tersembunyi di lokasi yang sudah dikenalnya alih-alih ke lokasi baru. Apabila sebuah mainan disembunyikan dua kali, awalnya di lokasi A kemudian dipindahkan ke lokasi B, bayi-bayi yang berusia 8 bulan- 12 bulan pada awalnya akan mencarinya pertama ke lokasi A. Namun ketika mainan itu disembunyikan ke lokasi B, mereka melakukan kesalahan dengan terus mencarinya ke lokasi A. Menurut penelitian hal ini disebabkan karena kegagalan mengingat pada bayi tersebut.

      2.      Perkembangan persepsi dan harapan
            Eleanor Gibson (2001) dan Elizabeth Spelke (1991;Spelke &Kinzler, 2009) menyatakan bahwa kemampuan persepsi bayi berkembang pesat di usia yang sangat dini. Contoh: kemampuan mengkoordinasikan penglihatan dan pendengaran yang terjadi pada usia 3,5 bulan. Marshall Haith dan rekan-rekannya (Canfield & Haith, 1991; Haith, Hazen, &Goodman, 1988) menyajikan gambar-gambar ke hadapan bayi secara teratur ( misalnya kiri, kanan, kiri, kanan) atau rangkaian yang tidak teratur ( misalnya kanan, kanan, kiri, kanan). Apabila rangkaiannya teratur, bayi berusia 3 bulan mulai mengantisipasi posisi dari gambar selanjutnya, melihat ke posisi kemunculan yang diharapkan.
            Elizabeth Spelke (1991, 2000; Spelke & Hespons, 2001) mengatakan bahwa sejak usia 4 bulan, meskipun bayi belum mampu berbicara mengenai, memanipulasi, atau bahkan mengamati dengan resolusi yang permanen. Meskipun demikian, bayi berusia 4 bulan itu mengarapkan bahwa objek-objek bersifat substansial ( objek-objek lain tidak dapat menembusnya) dan permanen ( objek tetap ada meskipun tersembunyi dari pandangan mereka ).
            Di usia 6 bulan hingga 8 bulan, bayi telah mempersepsikan gravitasi dan tumpuan, yakni, objek yang diletakkan melampaui tepi meja seharusnya akan jatuh, roda gila akan menggeliding lebih jauh di lereng yang panjang dibandingkan di lereng yang pendek, dan pegangan cangkir tidak akan tiba-tiba copot dari cangkirnya ( Slater, Field, & Hernandez-Rief, 2007).
      3.      Isu bawaan-pengasuhan
            Elizabeth Spelke ( Spelke, 2000;2003; Spelke & Kinzer, 2007, 2009) Spelke menggunakan pendekatan pengetahuan inti yang menyatakan bahwa bayi lahir dengan sistem pengatahuan bawaan yang spesifik-domain, yaitu berupa ruang, logika, angka, permanensi objek, dan bahasa. Objek-objek pengetahuan telah tersedia sejak awal untuk memungkinkan bayi membentuk logika mengenai dunia. Topik-topik bawaan dari pengetahuan akan membentuk fondasi untuk perkembangan fungsi dan pembelajaran kognitif yang lebih matang.






      B.     BELAJAR, MENGINGAT, DAN KONSEPTUALISASI
1.      PENGKONDISIAN
            Pengkondisian Operant Skinner bahwa konsekuensi terhadap suatu perilaku akan menghasilkan perubahan probabilitas kemunculan perilaku tersebut. Contoh : apabila suatu perilaku bayi diikuti oleh stimulus yang menyenangkan  maka perilaku tersebut akan cendrung diulang, seperti bayi akan mengisap dot lebih cepat apabila perilaku mengisap tersebut diikuti tayangan visual, musik, atau suara manusia,
2.      ATENSI
            Atensi adalah usaha memfokuskan sumber-sumber daya mental terhadap informasi tertentu. Pada usia 4 bulan, bayi-bayi sudah dapat memperhatikan sebuah objek secara lebih selektif. Sangat mungkin bahwa lobus pariatel menjadi aktif ketika bayi mengorientasikan atensinya, meskipun belum ada riset yang mendokumentasikannya.
3.      MEMORI
            Memori adalah aktivitas mempertahankan informasi selama berjalannya waktu. Atensi berperan penting terhadap memori, yaitu bagian dari proses econding, yaitu proses masuknya informasi ke dalam memori. Rovee-Collier (2008) mengatakan bahwa bayi berusia antara 2 hingga 6 bulan sudah dapat mengingat sejumlah pengalaman sampai mencapai usia 1,5 hingga 2 tahun. Namun Jean Mandler (2004) mengatakan bahwa bayi hanya memperlihatkan memori implisit, yaitu : ingatan yang tidak disadari, memori mengenai keterampilan dan prosedur rutin yang ditampilkan secara otomatis, sedangkan memori eksplisit adalah memori yang disadari, mengenai fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman.
            Sejak usia 6 bulan hingga 12 bulan, proses pematangan hipokampus dan konteks serebral yang mengelilinginya, khususnya lobus frontal, memungkinkan adanya memori eksplisit. Memori ini terus berkembang hingga tahun kedua, seiring semaki matangnya struktur otak dan meningkatnya koneksi-koneksinya.
4.      MENIRU
            (Meltzoff & Williamson, 2008) bahwa kemampuan meniru memiliki dasar biologis, karena bayi dapat menirukan ekpresi beberapa hari pertama setelah kelahiran. Kemampuan merespon tidak secara langsung berupa sebuah sistem yang utuh, namun bayi secara berangsur-angsur memperlihatkan suatu respon peniruan yang semakin utuh berkaitan dengan ekspresi wajah orang dewasa, misalnya menjlurkan lidah atau membuka mulut lebar-lebar.


5.      PEMBENTUKAN KONSEP DAN KATEGORISASI
            Kategori adalah pengelompokkan objek, peristiwa, dan karakteristik berdasarkan sifat umum. Sedangkan konsep adalah gagasan mengenai hal-hal yang disajikan oleh kategori. (Mandler, 2004;Quinn & kawan-kawan, 2010) mengatakan bahwa bayi berusia 3 bulan pun mampu mengelompokkan objek yang tampilannya mirip.
            Jean Mandler 92004, 2008) berargumentasi bahwa kategorisasi dini paling baik adalah ketegorisasi konseptual , yaitu ketegorisasi berdasarkan pada kemiripan sifat perseptual dari objeknya, seperti ukuran, warna, bentuk, dan gerakan-gerakan, dan juga jumlah kaki binatang.

SUMBER :
Suryana, Dadan. 2013. Pendidikan anak usia dini (teori dan praktik pembelajaran).Padang:UNP Press


           

TAHAP-TAHAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS ANAK USIA DINI




TAHAP-TAHAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS ANAK USIA DINI
      A.    Tahap-tahap kemampuan membaca
            Secara khusus perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap, sbb:
1.      tahap fantasi ( magical stage )
            pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting. melihat, membolak-balik buku dan kadang-kadang membawa buku yang disukai.
    Ø  sikap orang tua/guru hendaknya dapat memberi / menunjukkan model/contoh perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, dan membicarakan isi buku
2.      tahap pembentukan konsep diri ( self concep stage)
            anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau buku meskipun tidak cocok dengan tulisannya.
    Ø  sikap orang tua/guru memberikan rangsangan dengasn jalan membacakan sesuatu pada anak, memberi akses pada buku-buku yang diketahui anak dan senantiasa melibatkan anak dalam memcakan berbagai buku.

3.      tahap membaca gambar ( bridging reading stage )
            tahap dimana anak menjadi sadar bahwa pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis dan anak sudah mengenal abjad.
      Ø  sikap orang tua/guru membacakan sesuatu pada anak , menghadirkan beberapa kosa kata pada lagu dan puisi serta memberikan kesempatan menulis sesering mungkin.

4.      tahap pengenalan bacaan ( take- of reader stage )
            anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphonic, semantic dan syntactic ) secara bersama-sama. anak mulai tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda sepertia : kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan yang lain.
     Ø  sikap orang tua/guru masih harus membacakan sesuatu pada anak sehingga dapat mendorong untuk membaca sesuatu pada berbagai situasi. (orang tua/ guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna)

5.      tahap membaca lancar ( independen reader stage )
            pada tahap ini anak membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan.
    Ø  sikap orang tua/ guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini akan mendorong anak untuk memperbaiki bacaannya, membantu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta mengajarkan cerita yang berstruktur.
            Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.Namun hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan di masa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.
            Yang menjadi persoalan sekarang adalah, kapan kemampuan membaca dan menulis mulai diajarkan? Jawaban pertanyaan itu sebenarnya masih berupa polemik. Bagaimana tidak? Sebagian ahli mengatakan membaca dan menulis baru dapat diajarkan setelah anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum TK sekarang ini. Tetapi banyak juga ahli yang mengatakan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan sejak dini.
            Durkin (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) telah mengadakan penelitian tentang pengaruh membaca dini pada anak-anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak yang diajar membaca dini. Steinberg (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.2) juga mengemukakan bahwa anak-anak yang mendapatkan pelajaran membaca dini umumnya lebih maju di sekolah. Hal tersebut masih diperkuat oleh pendapat Moleong (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.3) yang mengatakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak TK adalah kemampuan membaca dan menulis.
            Jadi pengembangan kemampuan membaca dan menulis di TK dapat dilaksanakan selama masih dalam batas-batas aturan praskolastik dan sesuai dengan karakteristik anak, yakni belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.Untuk mengajarkan kemampuan membaca pada anak TK, guru perlu mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca pada anak.
            Menurut Cochrane Efal (dalam Nurbiana Dhieni, 2005 : 5.9), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni:
a.       Tahap Fantasi (Magical Stage)
            Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berpikir bahwa buku itu penting dengan cara membolak-balik buku.
b.      Tahap Pembetukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
            Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan dirinya dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku.
c.       Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
            Anak menyadari cetakan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudah dikenal.
d.      Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain.
e.       Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Anak dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas.Huruf dan kata-kata merupakan suatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga untuk mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan mengasosiasikan pada hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf biasanya guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah di kenal anak. Dan agar tidak ada kesan pemaksaan “belajar membaca” pada anak maka harus dilakukan dengan menyenangkan.
            Adapun tahap-tahap membaca lainnya yaitu :
Tahap I
            Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik ataubahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupapercakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhanamengenai hal-hal yang telah dialami.Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk mengembangkan ataumeningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan. Selain itu harusbenar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili ataumenggambarkan bunyi-bunyi.



Tahap II
            Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telahdiketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Padatahap ini perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.

Tahap III
            Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing ataubelum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa pembacamengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekalimenghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa.Pada tahap ini pembaca acapkali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.

Tahap IV
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkanpenggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalahsebagai bahan bacaan.

Tahap V
            Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaantidak dibatasi (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan,1979:18–20)

B.     TAHAP PERKEMBANGAN MENULIS ANAK
            Buncil (2010) menyebutkan tahapan menulis anak, antara lain:

Tahap 1: Coretan-Coretan Acak.
            Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.


Tahap 2: Coretan Terarah.
            Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
Tahap 3: Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
            Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4: Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama.
            Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya missalnya rumah, saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar , dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.
Tahap 5: Menulis Nama.
            Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,ayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
Tahap 6: Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan.
            Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.

Tahap 7: Menemukan Ejaan.
            Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini:
a.       1Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus).
b.      Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus).
c.       Huruf konsonan tengah (DNS mewakili DiNoSaurus).
d.      Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8: Ejaan Umum.
            Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
            adapunTahapan-Tahapan Perkembangan Menulis Anak
Beberapa tahap perkembangan menulis anak dapat digambarkan sebagai berikut:
  • Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scrible stage)
            Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya. Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Anak membuat coretan-coretan acak (tidak teratur), coretan- coretan seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari kertas. Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas, dan krayon. Anak-anak menganggap goresan tersebut  sebagai tulisan.
  • Tahap Pengulangan secara Linear (Linear repetitive stage)
            Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.


  • Tahap Menulis secara Random/acak (Random letter stage)
            Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat. Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.
  • Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf - huruf)
            Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
  • Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-name writting or phonetic writting)
            Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis ”kamu” dengan tulisan ”u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.
            Mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara refleks menunjukkan tentang apa yang didengar. Dalam contoh ini, dengan mudah melihat anak-anak mengungkapkan kata saya dengan ”y” atau kata keluarga dengan ’ga’.
            Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya. Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kemampuan berpikir anak tentang hal tersebut.
  • Tahap Menyalin Kata-kata yang Ada di Lingkungan
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.


  • Tahap Menemukan Ejaan
            Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
  • Tahap Ejaan sesuai ucapan
            Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata- kata yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.Demikianlah uraian mengenai tahapan perkembangan menulis anak TK. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan sahabat-sahabat.


Sumber :
Yulsyofriend.2011.Permainan Membaca Dan Menulis Anak Usia Dini.